Garis Waktu mengisahkan perjalanan batin seorang pemuda—disuarakan melalui sudut pandang tokoh “Aku”—yang merasakan cinta, patah hati, kehilangan, dan akhirnya proses penyembuhan. Novel ini ditulis dalam bentuk senandika dan potongan-catatan reflektif berdasarkan waktu, bukan alur naratif linier.