Novel ini menceritakan kisah seorang anak laki-laki bernama Burlian, si anak ketiga dari empat bersaudara yang lahir di sebuah desa di Sumatera. Sejak kecil, orang tuanya selalu mengatakan, “Kau istimewa, Burlian”—sebagai cara menanamkan kepercayaan diri yang kuat dalam dirinya ketika menghadapi konflik dan tantangan hidup.
Kisah ini menggambarkan perjalanan masa kecil Burlian yang penuh kenakalan, rasa ingin tahu tinggi, dan petualangan unik: dari menembus batas hutan kampung, hampir dimakan buaya, hingga menjadi tahanan stasiun kereta api karena kelakuannya yang spontan dan nakal. Di sepanjang cerita, Burlian menunjukkan kepedulian terhadap teman seperti Munjib, dan keteguhan hati dalam meraih pendidikan meskipun merupakan anak petani dengan kondisi ekonomi yang terbatas.